A. PENDAHULUAN
Belakangan ini pengguaan bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan fiksi, sudah mulai mengalami interverensi dan mulai bergeser digantikan oleh penggunaan bahasa gaul. Dengan pemakaian bahasa gaul pemakainya akan dikatakan orang modern atau orang kota dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah, karena bahasa gaul itu sangat dekat denagn bahsa betawi yang tidak lain adalah salah satu daerah juga di Indonesia. Antara bahasa indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Ini karena bahasa indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang merupkan gabungan dari bahasa daerah di indonesia dan bahasa asing. Sedangkan bahasa gaul merupakan bahasa tingkat daerah yang berasal dari daerah betawi.
Pengguna bahasa gaul dalam masyarakat luas di indonesia tentunya berdampak negatif terhadap pengguna bahasa indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa yang akan datang. Saat ini masyarakat sudah banyak menggunakan bahasa gaul dan pareahnya lagi generasi muda indonesia tidak lepas dari penggunaan bahasa gaul ini. Bahkan para generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan bahasa gaul daripada bahasa indonesia di krehidupan sehari-hari.
Penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja dan anak muda sudah sangat luas, dan sudah memprihatinkan, karena bahasa gaul yang mereka gunakan sudah aneh-aneh. Penggunaannya sudah tidak tahu tempat dan suasana, dengan siapa mereka bicara. Dengan terjadinya hal ini, sudah merusak keaalian dan kebakuan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dengan menggunakan Bahasa indonesia dengan baik dan benar, berati kita sudah menjunjung tinggi Bahasa Persatuan sebagaimana tercantum dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Meenjunjung tinggi bahasa Indonesia bukan berarti kita melupakan bahasa daerah masing-masing.
Kita lebih baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena dengan kita menggunakan bahasa daerah kita sudah melestarikan bahasa daerah yang merupakan pemerkaya bahasa nasional yang sekaligus pemerkaya bahasa Indonesia.
B. PEMBAHASAN
PENGGUNAAN BAHASA GAUL DIKALANGAN ANAK MUDA
Kehadiran bahasa gaul atau prokem dalam pergaulan sosial di negeri ini agaknya tidak makin meyurut tetapi justru makin meluas. Ruang-ruang publik makin kuyup dengan idiom-idiom bahasa gaul atau prokem. Bahasa tersebut saat ini telah menyebar kemana-mana. Penggunanya tidak hanya kalangan remaja perkotaan tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan akibat mobilitas urbanisasi yang kian sulit terkendali.
Para pemuda desa berbondong-bondong mengadu nasib ke kota khususnya Jakarta. Mereka di sana akan bertemu dengan berbagai kelompok atau komunitas orang dan akan berinteraksi dengan banyak orang pula. Pastinya mereka telah menemukan kosa kata yang baru yang mungkin tidak pernah mereka dengar dan guunakan sebelumnya. Sebagian dari kosa kata yang mereka dengar adalah bahasa gaul atau prokem. Secara tidak langsung mereka telah berperan sebagai juru bicara bahasa gaul ketika pulang ke kampung halaman. Mereka pasti akan memperkenalkan bahasa gaul ke dalam komunitas masyarakat pinggiran dan pedesaan hingga akhirnya akan menjadi bahasa pergaulan di kalangan remaja di daerah tersebut.
Bahasa gaul atau prokem yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat mudah diserap oleh masyarakatnya. Apalagi anan-anak muda dan remaja. Dengan ide-ide kreatif mereka terkadang bahasa tersebut penggunaanya dapat di campur dengan bahasa daerah mereka yang nantinya akan memunculkan bahasa-bahasa yang baru lagi dan lucu. Dan mereka akan memperkenalkan bahasa tersebut kepada teman-teman sekelompoknya.
Bahasa gaul akan cepat berkembang dikalangan remaja, karena bahasa gaul pada umunya digunakan sebagaai sarana komunikasi diantara remaja sekelompoknya. Ketika seorang remaja sudah mengetahui satu bahasa gaul atau prokem yang menurut mereka itu masih asing , pasti mereka akan gunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka sehari-hari.pada saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman sebaya mereka, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menularkan bahasa itu kepada teman-teman sekelompoknya. Itu wajar-wajar saja karena itu bahasa mereka. Apabila mereka tidak menggunakan bahasa gaul atau prokem mereka akan dikatakan tidak gaul.
Anak remaja akan dikatakan dikatakan gaul dan modern apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini.yaitu mampu menyesuaikan dengan infromasi serta teknologi yang berkembang saat ini.serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa gaul yang akan mereka temui nanti yaitu ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini.
Dalam era globalisasi ini dimana semua alat teknologi sudah canggih, pastinya semua anak remaja tidak ketinggalan. Sebagai contoh hp dikalangan anak muda, semua anak muda di Indonesia sudah memiliki hp dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai macam fungsi dan kegunaanya. Melalui hp anak muda dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman. Salah satunya melalui sms mereka dapat berkomunikasi secara tertulis.
Bahasa yang mereka gunakan dalam sms bermacam-macam, yang pasti singkat dan mudah dimengerti. Bahasa gaul dan prokemlah yang tidak lepas dari peristiwa ini. Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi dalam sms. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan. Dari kegiatan ini mereka akan menemukan bahasa-bahasa gaul yang baru pula.
Selain dari sms mereka juga akan menemukan berbagai bahasa melalui internet, karena jaringan ini lebih luas. Anak remaja saat ini tidak ketinggalan dengan informasi yang ada di internet. Tidak hanya anak muda bahkan semua orang dapat menemukan segala sesuatu dari internet. Dari internet akan memudahkan orang dalam berkomunikasi.
Komunikasi melalui internet saat ini salah satunya adalah melalui facebook. Yang dapat dilihat dari status dinding yang mereka tulis di facebook sangat bermacam-macam bahasanya. Kaum remaja yang menjadi pengguna media sosial terbesar di negeri ini banyak sekali menggunakan bahasa gaul dalam mengekspresikan statusnya. Bahkan kaum remaja pemillik akun jejaring sosial akan terstigma sebagai remaja yang kurang gaul apabila menggunkan bahasa yang resmi. Mereka juga akan menggunakan bahasa sesuai perkembangannya.
Bahasa akan selalu berkembang sesuai latar sosial budaya pemakainya baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisis psikologis penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat, atau politikus, ragam bahasa anak-anak termasuk bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam variasi.
Kosakata bahasa gaul di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkunagn kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam pada kreatifitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem atau gaul mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan/tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai denagn perkembangan usia remaja. Selain itu pemakainyapun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkunagn kelompoknya, bahasa yang digunaknanya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umnum di lingkunagn masyarakat temapat mereka berada.
Dengan memiliki bahasa tersendiri untuk mengekspresikan gaya mereka komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompopk usia lain atau agar pihak lain mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. Karena masa remaja memiliki karakter antara lain petualang pengelompokan dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok ekslusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia. Dari bahasa rahasia yang mereka ciptakan akan tercipta pula bahasa gaul
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian bahasa pergaulan anak remaja ini merupakan dialek bahasa indonesia non formal yang terutama di gunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homoseksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal di khalayak ramai setelah Deby Suhertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul pada tahun 1999.
Bahasa gaul sudah muncul sejak awal 70-an. Awalnya digunakan “bromocorah” agar orang di luar komunitas dari mrerka tidak mengert, jadi mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi jika membicarakan hal yang negatif. Bahasa gaul yang disebut juga bahasa prokem dan digunakan dalam percakapan sehari-hari akan terus mengalami perkembangan. Bahkan semakin bervariatif apalagi dikalangan remaja. Misalnya kata “saya” yang dalam dialeg Jakarta atau Betawi menjadi “gue” berubah menjadi “ogut” atau “gout”.
Yang agak ekstrim misalnya sebutan untuk orang tua seperti ibu atau bapak berubah menjadi ”bokap” dan “ nyokap”. Jika anak-anak muda tidak menggunakan bahasa gaul ini mereka merasa ketinggalan jaman, kuno, gak gaul, dan sebagainya.bahkan menurut kamus bahasa gaul sendiri, bergaul itu artinya supel, pandai berteman, nyambung diajak ngomong, perang cerdas, dan serba tahu info-info tajam dan terpercaya alias luas wawasan. Karena begitu seringnya mereka gunakan diberbagai tempat, lama kelamaan orang awam pun mengerti yang mereka maksud sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia lagi. Kalangan orang tua sering kali merasa prihatin terhadap fenomena bahasa gaul. Mereka menganggap jaman sekarang semakin anak bergaul, efek buruknya anak berpotrensi menyerap kata-kata yang tidak pantas dan tidak sopan.
Saat ini bahasa prokem telah banyak terasaimilasi dan menjadi umum dgunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan dilingkungan sosial, bahkan dalam media-madia populer seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakn dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa “aneh” untuk berkomunikasi secara verbal denagan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.
Dalam perpsektif pragmatik, bahasa gaul merupakan bagian dari wujud tindak tutur yang diekspresikan oleh seorang penutur untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan kepada mitra tutur. Di dalam peristiwa tutur, ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan peristiwa itu, diantaranya; [1] latar atau scene, yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; [2] participan, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; [3] end atau tujuan; [4] act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur dalam peristiwa tutur.; [5] key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; [6] instrument, yaitu alat melalui telephone atau bersemuka;[7] norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan [8] genre, yaitu jenis kegiatan, seperti wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Ciri-ciri konteks itu mencakup delapan hal, yaitu penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat tuturan, saluran atau media, kode [dialek atau gaya], amanat atau pesan, dan peristiwa atau kejadian.
Di dalam komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Situasi tutur mencakupi lima komponen, yaitu penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Komponen situasi tutur yang pertama adalah penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan tuturan tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam peristiwa tutur. Di dalam peristiwa komunikasi, peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti. Yang semula berperan sebagai penutur pada tahap berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian pula sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban.
Komponen situasi tutur yang kedua adalah konteks tuturan. Di dalam tata bahasa konteks tuturan mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain yang biasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks latar sosial lazim dinamakan kinteks. Di dalam pragmatik konteks berasrti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra penuturnya. Koteks berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.
Komponen situasi tutur yang ketiga adalah tujuan tuturan, yaitu apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadi hal yang melatar belakangi tuturan. Komponen situasi tutur yang keempat adalah tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas. Komponen ini mengandung maksud bahwa tindak tutur merupakan tindakan juga tidak ubahnya sebagai mencubit dan menendang. Yang berbeda adalah bagian tubuh yang berperan. Jika mencubit yang berperan adalah tangan dan menendang yang berperan adalah kaki, pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. Tangan, kaki, dan alat ucap adalah bagian tubuh manusia.
Komponen situasi tutur yang kelima adalah tuturan sebagai produk tindak verbal. Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Mencubit dan menendang adalah tindakan nonverbal, sedangkan berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, yaitu tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal.
Sebagai media berekspresi, bahasa gaul sejatinya tidak akan menimbulakan masalah sepanjang pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki derajat kesepahaman yang sama terhadap maksud tuturan. Bahkan, penggunaan partikel bahasa prokem, seperti “sih”, “tuh”, “nih”, “dong”, “yah”, atau “deh”, membuat suasana pergaulan terasa lebih “hidup” dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku. Walaupun pendek-pendek, penggunaan partikel-partikel tersebut memiliki arti yang jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku, seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
Persoalanya akan menjadi lain ketika bahasa gaul digunakan dalam konteks tuturan yang bukan pada tempatnya. Akan menjadi sebuah persoalan serius apabila seorang remaja yang mengirimkan pesan singkat kepada orang tuanya menggunakan bahasa gaul, lebih-lebih ketika maereka terlibat langsung dalam proses komunikasi langsung.
Penggunaan bahasa dalam komunikasi memang bersifat arbitrer dan manasuka. Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam konteks komunikasi kekinian bisa dipahami sebagai ekspresi kaum remaja yang bersifat pragmatis untuk menciptakan situasi pergaulan yang lebih cair dan akrab. Meskipun demikian, sungguh celaka apabila dalam situasi formal, para penutur bersikap latah menggunakan bahasa gaul. Sanksi formal memang tidak ada. Namun, ketaatan terhadap penggunaan bahasa indonesia dengan baik dan benar perlu terus dijaga. Penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benarmembawa implikasi bahawa kita perlu bertindak tutur sesuai dengan konteks tuturan. Kepada siapa kita berbicara, topik apa yang dibicarakan, dan dalam situasi apa kita berbicara, perlu dijadikan sebagai pertimbangan utama bagi seorang penutur dalam berekspresi. Jangan sampai kita mencederai proses dan interaksi sosial akibat penggunaan ragam berbahasa yang tidak sesuai dengan konteks tuturan.
Sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, sudah saatnya penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar terus dibumikan dalam konteks pergaulan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non-formal. Maraknya penggunaan bahasa gaul dalam interaksi sosial perlu dimaknai ssebagai bagian dari dinamika sosial yang bersifat temporer. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring perkembangan peradaban masyarakat penuturnya. Penggunaan bahasa Indonesia secar tertib, teratur, dan taat asas akan mencerminkan perilaku dan kultur bangsa kita di tengah kancah kesejagatan.
Gaya bahasa “gaul” anak remaja
Dalam konteks sosial pergaulan remaja ”gaul” bukanlah sekedar kata. Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah atau ungkapan “gaul” yang sudah membudaya, disadari atau tidak memiliki makna psikologis yang relatif cukup kuat pengaruhnya dalam komunitas pergaulan remaja. Akibatnya karena ingin disebut “gaul”, tidak sedikit diantara remaja yang ikut-ikutan untuk segera memiliki pacar, ngedrink, nyemenk, ngedrugs, atau yang lainya termasukningkrong atau ngeceng. Entah di pinggiran jalan, di mal-mal, di tempat-tempat hibutan, dan lain sebagainya.
Berbagai ungkapan seperti: ”Gaul,dong!”, “Pede aja lagi!”, “Kasihan deh,Lo!”, “Nyanta aja, Coy!” atau mungkin berbagai ungkapan lain, dalam konteksnya sekali lagi seringkali tidak tepat atau tidak dibatasi oleh nilai-nilai baik atau buruk. Karena ungkapan-ungkapan ‘bahasa gaul” itu mempunyai pengaruh psikologis yang relatif cukup kuat dalam mempengaruhi seorang remaja dalam komunitas pergaulannya, maka perlu adanya semacam upaya membudayakan bahasa gaul yang positif di kalangan remaja.
Contoh berbagai ungkapan bahasa gaul beserta penggunaan bahasa gaul yang benar :
Ungkapan pede aja, lagi!
“Pede” (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya seorang untuk percaya diri, namun ironisnya, himbauan, saran atau perlunya seorang untuk bersikap percaya diri ini juga cenderung tidak dibatasi oleh norma-norma tadi. Misalnya seorang gadis memakai rok mini dan memakai baju you can see disarankan untuk pede dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa jadi si gadis memang mersa lebih pede dengan model pakaian demikian.”Pede aja lagi!” begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain yang menunjukan perlunya seseorang untuk pede namun tetap normlesness seperti tadi.
Sebab ukuran pede yang seharusnya berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral dan agama, terkikis oleh hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Contoh lainya, seseorang merasa pede hanya lantaran kecantikan atau ketampanan wajahnya semata. Pede hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau mobil, pede karena cuma mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak kasus lainnya. sedangkan merasa pede setelah memakai deodoran di ketiak,mereka akan berfikir daripada bau ketek dan mengganggu orang lain. Ukuran pede seperti itu , jelas tidak bermutu, selain itu juga keliru.pasalnya pemahaman pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai akhlak. Buakn karena landasan fisik dan kebendaan semata.contoh penggunaan ungkapan “pede aja lagi” yang baik dan benar : “kalau sudah belajar, pede aja lagi”, “kalau kita berada dalam kebenaran, pede aja lagi”, “kalau sudah berpakaian sopan, pede aja lagi”.
Ungkapan gaul dong!
Ungkapan ini biasanya digunakan anak muda untuk mengejek teman yang kurang mengetahui dan mengikuti informasi yang berkembang saat ini. Jika perkembangan informasi itu baik dalam artian positif dan itu berguna bagi kita memang harus mengikutinya, tapi jika tidak, cukup untuk kita ketahui saja. Ungkapan gaul dong dapat kita gunakan untuk hal yang baik seperti : “sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, gaul dong dengan buku!”, “masak remaja muslim gaulnya seperti itu? Gaul dong dengan remaja masjid.”
Ungkapan kasihan deh, lo!
Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless. Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat. Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap : “kasihan deh, lo!”. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku lainnya yang sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai denagn nilai atau norma-norma agama. Misalnya karena tidak pernah turun ke diskotik lengkap dengan ngedrink,ataupaun perilaku negatif lainnya yang sudah menjadi bagian dari hidup remaja.bisa juga ungkapan “kasihan deh, lo!” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk diketahui.contoh penggunaan ungkapan “kasihan deh, lo!” yang baik : “kasihan deh, lo! Masak ngaku pelajar atau mahasiswa tapi berurusan dengan polisi (karena terlibat narkoba misalnya)”, “Masak seorang muslim tidak bisa baca Al Quran. Kasihan deh,lo!
Ungkapan Nyantai aja, Coy!
Kekeliruan lain yang juga menggejala dalam bahasa gaul remaja adalah ungkapan “Nyantai aja, Coy!” tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu, kata “nyantai” lebih tepatnya adalah “santai”. Sebagai contoh seorang remaja mengatakan “nyantai aja, coy!” kepada temannya karena temannya itu terllihat gelisah lantaran belum belajar untuk persiapan ujian besok pagi. ”Nyantai aja, coy!” terkadang bisa pula menunjukan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, sseorang remaja putri sedang asyik ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika salah seorang menegurnya, ia malah menjawab “nyantai aja, coy!” . Jika mau dicermati tentu masih banyak ungkapan seperti ini yang sering dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan konteksnya bahkan menafikan keluhuran nilai-nilai akhlak. Repotnya, apabila mereka dinasehati untuk menjauhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk dalam menggunakan ungkapan yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan konteksnya), maka dengan mudahnya mereka malah berbalik mengatakan “nyantai aja, coy!”. Contoh penggunaan ungkapan “nyantai aja” yang baik: “Kalau kita sudah belajar dengan maksimal, nyantai aja menghadapi ujian.”
Berikut contoh lain bahasa gaul dan sejarahnya :
Jayus
Ucapan ini sangat populer,dan diartikan sebagai suatu usaha untuk melucu tetapi tidak lucu, sering juga disebut “garing”. Menurut sumber dari dunia maya, kosakata “jayus” ini asal mulanya dari sekelompok remaja SMU yang bergaul di sekitaran Kemang. Konon ada seseorang bernama Herman Setiabudi, dia dipanggil teman-temannya Jayus karena bapaknya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman ini kalau melawak tidak pernah lucu. Teman-temannya sering mengomentari tiap lawakan yang tidak lucu dengan celetukan Jayus (nama bapaknya). Ucapan inilah yang kemudian diikuti temen-teman setongkrongannya di Kemang, dan tempat-tempat nongkrong anak remaja gaul.
Jaim
Konon ucapan jaim ini dipopulerkan oleh seorang bapak yang menasehati anak perempuannya jika bergaul dengan teman laki-laki jangan mengumbar kata maupun tingkah laku alias harus bisa “jaim”. Sang anak bertanya apa itu jaim? Dan dijawab Jaim alias jaga image. Sang anakpun meniru dan mempopulerkan kata jaim itu di sekolahnya.
Cupu
Sebutan ini lazim ditujukan untuk seorang yang berpenampilan kuno, jadul (jaman dulu). Dengan kata lain dianggap tidak lazim mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku (terlalu rajin belajar), kurang bergaul dikalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego” punya, dapat berarti “benar-benar”,jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego.
Memble dan kece
Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja pada tahun1986, muncul sebuah film berjudul “ Memble Tapi Kece” yang dperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
Booo...
Kata ini populer pada pertengahan awal 1990-an penutur kata pertama boo adalah group GSP yang anggotanya Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi pop di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempromosikan kata-kata ini.
Sebagai remaja yang memiliki kemampuan berfikir, tentu kita mau menjadi bagian atau termasuk dari orang “asbun” alias “asal bunyi” dalam berbicara. Nah karena itu, sebaiknya kita meninjau kembali bahasa gaul yang setiap hari kita gunakan itu sudah sesuai tidak konteksnya dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Supaya tidak asal bunyi, bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya. Silakan menggunakan bahasa gaul sebagai cerminan bahwa kita memang remaja yang senang bergaul. Namun hati-hati, jangan karena kita merasa bangga jadi anak gaul tetapi bahasa gaul yang kita gunakn tidak tepat konteksnya atau bertentangan denagn nilai-nilai kesopanan dan moral. Sebab jika demikian bisa-bisa kita justru disebut anak yang salah gaul. Jadi kita harus pandai memilih bahasa yang baik untuk digunakan pada saat bicara.
Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas dimasyarakat masa depan, perlu adanya usaha saat ini untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orang tua, guru, pemerintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa bahasa indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa mendatang akan semakin meningkat.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan dunia fiksi yang menyebabkan interferensi kedalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia diatas, ada hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain :
Pertama menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para penerus bangsa, Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul.
Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahsa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang dapat kita gunakan untuk merekatkan pesatuan dan kesatuan bangsa. Dengan menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan Bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul.
Ketiga, meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dapat diberi tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah serta juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerpen atau puisi.
D. PENUTUP
D.1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan antara lain:
- Bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media populer.
- Bahasa gaul sudah muncul sejak 1970-an yaitu bahasa prokem. Pada tahun yang sama kaum waria juga ciptakan bahasa mereka sendiri, kemudian bahasa kaum banci ini menjadi bahasa pergaulan anak muda secara umum. Kata-kata bahasa inggris juga makin marak disisipkan dalam percakapan sehari-hari.
- Kebanyakan remaja dan anak muda kurang menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baku sesuai kaidahnya karena tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari.
- Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan, tetapi saat ini sudah merambah ke daerah pinggiran atau pedesaan. Terdapat banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul. Bergantung pada tempat seseorang tinggal.
- Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional yang harus diutamakan penggunaannya.
D.2. Saran
Dari kesimpulan yang ditulis diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran antara lain :
- Para remaja dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa indonesia yang baku sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
- Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda tetap menggunakan tatanan bahasa indonesia yang baku.
- Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan Bahasa Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.
- Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda, bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
- Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonsia di sekolah dan perguruan tinggi dengan tugas praktik dialog atau monolog seperti dalam bermain drama, penulisaan artikel makalah dsb.
Daftar Pustaka
2005.Bahasa Prokem Indonesia.Wikipedia Indonesia,online(http://id.wikipedia.org)diunduh 2012
2006.Remaja dan Mahasiswa banyak menggunakan bahasa gaul.Kompas.com,(online).(http://m.kompas.com) diunduh 2012
Grafura,Lubis.2006.Bahasa Gaul Remaja Indonesia.Cerpen Lubis Grafura,(online).(http://lubisgrafura.wordpress.com) diunduh 2012
Tajudin, Koris.2007.Secara Gue Gaul Gitu Loh!.kompas,(online).(http://groups.yahoo.com)diunduh 2012
Sugono, Dendy.Dkk.2003.Buku Praktis Bahasa Indonesia 1.Jakarta.Pusat Bahasa
Kridalaksana, Harimurti.2008.Kamus Linguistik 4.Jakarta.Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar