* MACAM-MACAM ISI: Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan

Sabtu, 25 Februari 2012

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan, ya, mengingat negara kita terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda. Penggunaan Bahasa Indonesia terutama kepada lain suku sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman. Cerita mengenai perceraian suami istri karena persoalan bahasa ini pernah terjadi.
Di suatu kecamatan di Sulawesi Selatan
ini pernah ada kejadian, sang camat menceraikan istrinya akibat kesalahpahaman bahasa. Kebetulan istri sang camat berasal dari suku lain. Kesalahan pertama, waktu membaca sambutan. Maklum kebiasaan sekertaris menyingkat kata dengan Bapak2 dan Ibu2 dibaca "Bapak dua, Ibu dua" padahal bacanya Bapak-Bapak Ibu-Ibu. Ini sebenarnya bukan kesalahan sang istri, bukan karena tidak sekolah, dia tamatan SMA, hanya karena di sekolahnya tidak biasa menulis menggunakan singkatan, sehingga waktu menemukan Bapak2 dibacanya dengan "Bapak Dua" yang menghebohkan para tamu undangan dan ibu-ibu PKK. Itu kesalahan pertama yang membuat malu sang camat.

Kesalahan kedua, ketika tamu datang dari kabupaten, sang camat menyuruh istrinya membuat masakan dengan bahasa daerah "bette mallibu" bette artinya goreng, sedangkan mallibu artinya bulat. Ini masakan yang orang Bugis sebut untuk telur mata sapi. Tapi karena sang istri tidak tahu istilah ini, maka telur pun digoreng bulat-bulat dengan cangkangnya. Hal ini benar-benar membuat malu sang suami, yang akhirnya karena masalah bahasa ini, sang camat akhirnya menceraikan istrinya yang cantik itu. Sayang ya...Cerita kedua, suatu hari sepasang suami istri bertengkar gara-gara sang istri menyuruh istrinya menutup jendela mobil karena hujan dengan menggunakan Bahasa Bugis "tutup ki kacana otoe, bosi!!" yang disalahartikan oleh istrinya, karena dikira badannya bau, karena istrinya orang Mandar, bosi artinya busuk, sedangkan dalam Bahasa Bugis, bosi artinya hujan.
Ya, betapa bahasa persatuan sangat penting apalagi jika berkomunikasi dengan suku lain, dan satu lagi, jangan memanggil kepada orang yang bukan panggilan yang biasa digunakan.
Ini juga pernah terjadi ketika saya masih kuliah, seorang perempuan yang datang dari Jawa dibunuh oleh tukang becak, lantaran dipanggil "mas", yang membuat tukang becak tersinggung karena dikira dirinya dipanggil tukang bakso. Maklum waktu itu kebanyakan penjual bakso mas-mas yang berasal dari Jawa, padahal "mas" itu panggilan yang sangat sopan buat orang Jawa.
Dari cerita itu, betapa pentingnya menulis dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa berakibat fatal.
Itu cerita di dunia nyata. Lebih-lebih di dunia maya. Perlu menggunakan Bahasa Indonesia yang benar, terutama kepada para Blogger, karena yang membaca tulisan anda bukan dari suku anda saja.
Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar